Risk Taker: Keterampilan Hidup Yang Perlu ditanam Sejak Dini
CatatanRISK TAKER, KETERAMPILAN HIDUP YANG PERLU DITANAM SEJAK DINI
Oleh: Yusdi Lastutiyanto
Dalam kehidupan ini, keberanian untuk mengambil risiko atau dikenal dengan istilah risk taker adalah suatu keterampilan hidup yang tak hanya bermanfaat saat dewasa, tetapi juga dapat dibentuk sejak masa kanak-kanak. Sejak kecil, anak-anak diberikan kesempatan untuk belajar bagaimana menghadapi ketidakpastian, merencanakan langkah-langkah, dan mengambil keputusan yang melibatkan risiko. Hal ini sangat berhubungan dengan pengembangan mental tangguh dan kreativitas mereka di masa depan.
Anak yang terlatih untuk berani mengambil risiko akan terbiasa menghadapinya dengan lebih tenang dan penuh pertimbangan. Dalam hal ini, orang tua memainkan peran penting dalam memberikan ruang bagi anak untuk belajar melalui pengalaman. Misalnya, ketika anak diberi kesempatan untuk bermain bebas—baik itu dalam permainan fisik, olahraga, atau lomba kecil di lingkungan sekitar, anak belajar untuk bertanggung jawab atas pilihan dan konsekuensinya. Mereka tidak hanya mengasah keterampilan fisik, tetapi juga melatih keterampilan mental untuk berpikir cepat, beradaptasi, dan memecahkan masalah dalam situasi yang penuh tantangan.
Namun, tentu saja, ini bukan tentang memberikan kebebasan tanpa batas. Orang tua perlu memberikan ruang untuk spontanitas dan ekspresi diri, tentu tetap dengan batasan yang jelas. Ini agar anak memahami konsekuensi dari setiap pilihan yang mereka buat. Melalui pendekatan ini, anak tidak hanya belajar untuk berani mengambil risiko, tetapi juga mempelajari pentingnya strategi dan kesiapan mental dalam menghadapi hasil dari keputusan tersebut.
Sebagai contoh, kegiatan olahraga yang melibatkan kompetisi atau perlombaan dapat menjadi medium yang efektif untuk menumbuhkan karakter risk taker pada anak. Ketika anak terlibat dalam kegiatan tersebut, mereka belajar untuk mengevaluasi situasi, mengambil keputusan cepat, dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, semua hal ini sangat berharga ketika mereka dewasa dan harus menghadapi tantangan kehidupan yang lebih besar.
Lantas, bagaimana dengan diri kita? Apakah kita juga memiliki karakter risk taker yang terbentuk sejak kecil? Untuk membantu mengenali hal ini, cobalah untuk mengisi kuesioner Inner Child Inventory melalui tautan berikut:
https://www.psikonesia.com/assessments/kuesioner-inner-child-inventory
Dengan memahami diri kita lebih dalam, kita bisa menyadari bagaimana karakter risk taker ini mungkin telah membantu atau bahkan menghambat kita dalam menghadapi tantangan hidup.
Ingatlah, keterampilan untuk mengambil risiko bukanlah sekadar keberanian semata, tetapi kemampuan untuk merencanakan, menilai, dan menghadapi konsekuensi dengan sikap yang tangguh. Ini adalah keterampilan hidup yang dapat digunakan dalam konteks apapun, dan siapa tahu, karakter risk taker yang ada dalam diri kita sejak kecil, mungkin bisa menjadi kunci untuk meraih pencapaian besar di masa depan.
Begitu juga mengapa dalam hipnoterapi ada sebagian klien yang kesulitan menjalankan suatu sugesti, seperti ada gap antara knowing dan doing, mereka menerima suatu sugesti tapi tidak menjalankannya, apakah ini yang disebut mental blocking?, bisa jadi sebab gap itu seringkali terjadi karena seseorang tidak siap menerima rasa sakit atau tidak berimajinasi tentang kesenangan yang didapatkan ketika berkomitmen menjalankan sugesti yang diberikan hipnoterapis.
Dari pelajaran tentang risk taker ini, mungkin kita bisa berefleksi kapan terakhir kali si nekad dalam diri kita berfungsi dan dalam konteks apa. Dengan mengisi kuesioner yang saya buat Anda berpotensi memahami apakah Innerchild Anda masih menyimpan mentalitas risk taker, atau jangan-jangan saat kecil banyak aturan dan batasan yang selalu Anda ikuti untuk menjadi anak yang baik, sehingga saat dewasa Anda enggan mengambil resiko dalam keadaan tertentu.
Semoga bermanfaat dan Terima kasih
Jakarta, 7 Desember 2024